Friday, October 30, 2015

2016, Balon Google Resmi Masuk Indonesia

MOUNTAIN VIEW, KOMPAS.com - Google dan tiga operator utama Indonesia telah menyepakati uji coba teknis untuk Project Loon. Mulai 2016, balon-balon Google akan menghadirkan akses internet di area tertentu.

Dilaporkan jurnalis KompasTeknoWicak Hidayat, peresmian kesepakatan antara Google dan Telkomsel, XL  Axiata serta Indosat dilakukan di Google X, Mountain View, Rabu (28/10/2015).

Hadir dalam acara tersebut adalah pendiri Google Sergey Brin, Dirut Telkomsel Ririek Adriansyah, Dirut XL Axiata Dian Siswarini dan Presiden Direktur Indosat Alexander Rusli, juga Mike Cassidy, Project Leader Project Loon di Google X.

Project Loon di Indonesia akan fokus pada menghadirkan akses internet di wilayah-wilayah yang selama ini belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi.

"Sesekali, berada di luar jangkauan komunikasi adalah hal yang baik. Namun untuk mereka yang tak terjangkau telekomunikasi setiap harinya, hal ini menjadi kelemahan dan kesulitan," ujar Sergey Brin.

Kerja sama ini baru mencakup uji teknis dan belum sama sekali menyinggung aspek komersial. Belum diungkapkan tepatnya area mana yang akan dicakup oleh Loon di Indonesia.

Cassidy mengatakan, beberapa hal yang akan diuji termasuk komunikasi dari balon ke balon, flocking maupun komunikasi dari darat ke balon.

Brin mengatakan, teknologi di balik Google Loon sesungguhnya cocok untuk negara manapun. Namun terutama akan berguna bagi wilayah yang luas dan sulit dijangkau menara telekomunikasi biasa.

Ririek mengatakan, penerapan Loon di Indonesia akan dilakukan di wilayah yang memang selama ini belum tercakup jaringan operator. Oleh karena itu, penerapannya selama masa uji coba ini belum akan berpengaruh pada infrastruktur yang sudah ada, maupun rencana setahun ke depan.

Setiap balon di Project Loon akan terbang di ketinggian kurang lebih 20 kilometer dari permukaan laut. Masing-masing memiliki jangkauan radius 40 km, bandingkan dengan menara telekomunikasi yang hanya sekitar 5 km.

Ke depannya, Loon diharapkan bisa menjadi alternatif pengadaan infrastruktur secara terjangkau.

Ratusan Balon Google Jadi "BTS Terbang" di Indonesia

MOUNTAIN VIEW, KOMPAS.com - Lebih dari 17.000 pulau di Indonesia dibentangi laut, hutan, dan gunung yang berliuk-liuk. Hal itu menyulitkan infrastruktur jaringan masuk untuk menyebarkan akses internet di wilayah pelosok.
Untuk itu, Project Google Loon dalam bentuk balon terbang ingin membantu penyaluran infrastruktur agar penduduk wilayah terpencil juga bisa merasakan akses internet yang sama dengan penduduk di wilayah-wilayah terjangkau.
Setiap balon di Project Loon akan seperti BTS "melayang". Yakni berfungsi seperti menara BTS (base transceiver station) pada umumnya, tetapi melayang di udara dan menjangkau daerah yang lebih luas.
Diketahui, setiap balon di Project Loon akan terbang di ketinggian kurang lebih 20 kilometer dari permukaan laut (60.000 kaki). Masing-masing memiliki jangkauan radius 40 km, sedangkan BTS biasa hanya sekitar 5 km.

Menurut Project Leader Project Loon di Google X, Mike Cassidy, dibutuhkan ratusan balon Google untuk mencakup seluruh wilayah Indonesia. Indonesia sendiri memiliki wilayah daratan seluas kurang lebih 750.000 meter persegi.

"Balon-balon itu nantinya tidak akan menetap di satu tempat, melainkan terus bergerak. Kami akan mengendalikan bila ada satu yang keluar jangkauan, langsung digantikan dengan yang lain," ujar Cassidy, seperti dilaporkan wartawan KompasTekno, Wicak Hidayat dari Mountain View, California pada Rabu (28/10/2015).

Seperti diketahui, proyek Google Loon tak hanya melibatkan satu balon saja di stratosphere, namun banyak balon yang melingkari bumi seperti cincin. Satu balon bisa menggantikan peranan balon lain saat melintasi suatu wilayah. 

Cassidy menambahkan, balon internet tersebut bakal fokus untuk menghadirkan internet bagi pengguna smartphone. Sebab, smartphone merupakan media yang dianggap paling banyak digunakan masyarakat saat ini untuk berkegiatan lewat akses maya.
Project Loon secara sederhana menyerupai Wi-Fi gratis. Setiap smartphone berkemampuan 4G LTE bakal diberi akses internet yang mumpuni. Yakni memiliki kecepatan unduh hingga 10 Mbps, atau hanya 1 Mbps lebih rendah dibandingkan kecepatan internet standar di AS.
Project Loon akan mulai diuji coba di Indonesia pada 2016 mendatang. Hal ini telah disepakati resmi oleh pihak perusahaan induk Google, Alphabet, dengan tiga operator utama Indonesia (Telkomsel, XL, dan Indosat). (FKB/WSH)

Balon Google Sebar Internet dari Sabang sampai Merauke

KOMPAS.com — Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dari Sabang hingga Merauke, yang ditinggali sekitar 250 juta penduduk.
Dari jumlah ratusan juta jiwa itu, baru sepertiga yang menikmati akses internet. Dua pertiga yang hidup di pulau-pulau terpencil belum bisa menikmati akses komunikasi yang sama.
Untuk itu, Project Loon yang merupakan inisiasi lab rahasia Google X bakal menyambangi Indonesia untuk mengalirkan akses internet di wilayah-wilayah terpencil.
"Loon dapat membantu perusahaan telekomunikasi untuk memperpanjang jaringannya. Dengan jangkauan yang lebih tinggi, kami dapat mengatasi kesulitan penyebaran infrastruktur di sepanjang 17.000 kepulauan yang terdiri atas hutan dan gunung," demikian yang tertulis pada Blog Google, sebagaimana dikutip KompasTekno, Kamis (29/10/2015).
Untuk tahap awal, pada 2016 mendatang, Project Loon bakal diuji coba di beberapa wilayah terpencil. Project Google Loon dalam bentuk balon terbang akan menjadi base transceiver station (BTS) "melayang" seperti menara BTS pada umumnya. Dengannya, balon itu melayang di udara dan menjangkau daerah yang lebih luas.

Setiap balon di Project Loon akan terbang di ketinggian lebih kurang 20 kilometer dari permukaan laut. Masing-masing memiliki jangkauan radius 40 km. Coba bandingkan jangkauan ini dengan menara telekomunikasi yang hanya sekitar 5 km.

Menurut Project Leader Project Loon di Google X, Mike Cassidy, dibutuhkan ratusan balon Google untuk mencakup seluruh wilayah Indonesia. Indonesia sendiri memiliki wilayah daratan seluas lebih kurang 750.000 meter persegi.

Kerja sama penyebaran balon internet di wilayah Indonesia telah resmi disepakati antara perusahaan induk Google, Alphabet, dan tiga operator utama Indonesia. Pendiri Google, Sergey Brin, meresmikan kesepakatan tersebut pada Rabu (28/10/2015).

Dari Indonesia, Menkominfo Rudiantara bersama Dirut Telkomsel Ririek Adriansyah, Dirut XL Axiata Dian Siswarini, dan Presiden Direktur Indosat Alexander Rusli ikut menghadiri acara yang digelar di Mountain View, California, AS.

Tekno Internet Ini Wilayah Indonesia yang Pertama Kebagian Internet dari Balon Google

MOUNTAIN VIEW, KOMPAS.com - Project Loon akan menyambangi Indonesia untuk menyebar akses internet ke wilayah-wilayah terpencil yang sulit terjangkau. Mulai tahun 2016, uji coba implementasi balon internet tersebut mulai dijalankan.
Dalam pengujian teknisnya, Project Loon bekerja sama dengan tiga operator utama Indonesia. Yakni Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat.
Wilayah Indonesia yang pertama kali akan dites adalah Sumatera, Kalimantan, dan Papua, sebagaimana tertera pada keterangan pers dari Telkomsel dan dihimpun KompasTekno, Kamis (29/10/2015). Tepatnya, ada lima titik yang tersebar pada tiga wilayah tersebut.
Ke depan, Project Loon diproyeksikan dapat menyuplai akses internet ke seluruh pelosok yang sulit terakses. Menurut Project Leader Project Loon di Google X, Mike Cassidy, dibutuhkan ratusan balon Google untuk mewujudkannya.
Sebab, Indonesia memiliki wilayah daratan yang luas dengan ukuran kurang lebih 750.000 meter persegi.

"Balon-balon itu nantinya tidak akan menetap di satu tempat, melainkan terus bergerak. Kami akan mengendalikan bila ada satu yang keluar jangkauan, langsung digantikan dengan yang lain," kata Cassidy kepada jurnalis KompasTekno Wicak Hidayat dari Mountain View, California.

Rencananya, uji coba Project Loon akan dilakukan dengan menggunakan jaringan 4G LTE pada frekuensi 900 MHz milik Telkomsel, Indosat, dan XL.
Butuh waktu sekitar satu tahun untuk menguji coba Project Loon. Adapun pelaksanaan komersialisasinya akan memakan waktu dua hingga tiga tahun setelah proses uji coba.