Sunday, December 7, 2014

Pemkab Sragen Tutup Persewaan Karaoke di Gunung Kemukus, Ritual Seks Tak Ada Lagi? Muchus Budi R. - detikNews

Sragen - Ada yang berbeda pada malam Jumat Pon kali ini dengan malam Jumat Pon (4-5/12/12014) sebelum-sebelumnya di Gunung Kemukus, Sragen. Jumlah kunjungan merosot drastis. Selain karena hujan yang mengguyur kawasan itu sejak sore hingga malam, penutupan lokasi-lokasi persewaan karaoke juga ‎mempengaruhi turunnya tingkat kunjungan di obyek wiisata ziarah yang berbalut ritual seks bebas tersebut.

Semenjak sore, pengunjung sudah mulai berdatangan ke lokasi ‎wisata sekitar 30 km utara Kota Solo tersebut. Hingga tengah malam jumlahnya semakin bertambah meskipun guyuran hujan tak henti-hentinya. Ratusan orang memenuhi bangsal yang disediakan Pemkab Sragen, sebelum mereka 'marak sowan' atau ziarah ke makam Pangeran Samodero di cungkup makam yang berada di puncak bukit bernama Gunung Kemukus tersebut.

Mereka berjubel, berdesak di bangsal. Namun demikian itu bukan jumlah maksimal. ‎Jumlah itu tak lebih dari seperenam jika dibanding dengan jumlah pengunjung pada malam Jumat Pon sebelum-sebelumnya. Seperti kawasan wisata ritual di Jawa pada umumnya, setiap lokasi memiliki hari khusus untuk puncak kunjungan. Di Kemukus, puncak kunjungan terjadi pada malam Jumat Pon.

"Biasanya kalau malam Jumat Pon seperti ini, sejak jam 10 malam hingga dinihari, kita sudah tidak bisa leluasa kesana-kemari. Orang sudah berdesak-desakan penuh. Yang datang malam ini paling cuma seperenam dari biasanya," ujar Sri Raharjo, warga setempat. Yang dia maksud iseng tentunya adalah mencari transaksi syahwat di lokasi wisata itu.

Pemkab Sragen memang telah hampir dua pekan terakhir menutup lokasi persewaan karaoke di sekitar lokasi Kemukus. Jumlahnya tak tanggung-tanggung, lebih dari 60 tempat. Tempat yang dipakai biasanya di warung-warung atau di rumah penduduk. Di tempat itulah biasanya transaksi seks dilakukan pengunjung dengan perempuan-perempuan penghibur yang sudah mangkal di tempat itu.

Bupati Sragen, Agus Fatchurrahman, saat dihubungi juga memberikan penegasannya. "Seperti janji saya sebelumnya. Kita tidak boleh gegabah menangani kasus prostistusi di Gunung Kemukus karena karakternya beda dengan lokalisasi. Di sini prostitusi itu hanyalah penumpang gelap dari ritual tradisi ziarah. karena itu yang kami lakukan adalah, menutup semua celah terjadinya prostitusi namun tetap menjaga kelangsungan tradisi ziarahnya," ujar Agus.

No comments:

Post a Comment