Sragen - Ada yang berbeda pada malam Jumat Pon kali ini
dengan malam Jumat Pon (4-5/12/12014) sebelum-sebelumnya di Gunung
Kemukus, Sragen. Jumlah kunjungan merosot drastis. Selain karena hujan
yang mengguyur kawasan itu sejak sore hingga malam, penutupan
lokasi-lokasi persewaan karaoke juga mempengaruhi turunnya tingkat
kunjungan di obyek wiisata ziarah yang berbalut ritual seks bebas
tersebut.
Semenjak sore, pengunjung sudah mulai berdatangan ke
lokasi wisata sekitar 30 km utara Kota Solo tersebut. Hingga tengah
malam jumlahnya semakin bertambah meskipun guyuran hujan tak
henti-hentinya. Ratusan orang memenuhi bangsal yang disediakan Pemkab
Sragen, sebelum mereka 'marak sowan' atau ziarah ke makam Pangeran
Samodero di cungkup makam yang berada di puncak bukit bernama Gunung
Kemukus tersebut.
Mereka berjubel, berdesak di bangsal. Namun
demikian itu bukan jumlah maksimal. Jumlah itu tak lebih dari seperenam
jika dibanding dengan jumlah pengunjung pada malam Jumat Pon
sebelum-sebelumnya. Seperti kawasan wisata ritual di Jawa pada umumnya,
setiap lokasi memiliki hari khusus untuk puncak kunjungan. Di Kemukus,
puncak kunjungan terjadi pada malam Jumat Pon.
"Biasanya kalau
malam Jumat Pon seperti ini, sejak jam 10 malam hingga dinihari, kita
sudah tidak bisa leluasa kesana-kemari. Orang sudah berdesak-desakan
penuh. Yang datang malam ini paling cuma seperenam dari biasanya," ujar
Sri Raharjo, warga setempat. Yang dia maksud iseng tentunya adalah
mencari transaksi syahwat di lokasi wisata itu.
Pemkab Sragen
memang telah hampir dua pekan terakhir menutup lokasi persewaan karaoke
di sekitar lokasi Kemukus. Jumlahnya tak tanggung-tanggung, lebih dari
60 tempat. Tempat yang dipakai biasanya di warung-warung atau di rumah
penduduk. Di tempat itulah biasanya transaksi seks dilakukan pengunjung
dengan perempuan-perempuan penghibur yang sudah mangkal di tempat itu.
Bupati
Sragen, Agus Fatchurrahman, saat dihubungi juga memberikan
penegasannya. "Seperti janji saya sebelumnya. Kita tidak boleh gegabah
menangani kasus prostistusi di Gunung Kemukus karena karakternya beda
dengan lokalisasi. Di sini prostitusi itu hanyalah penumpang gelap dari
ritual tradisi ziarah. karena itu yang kami lakukan adalah, menutup
semua celah terjadinya prostitusi namun tetap menjaga kelangsungan
tradisi ziarahnya," ujar Agus.
No comments:
Post a Comment