Hakim Naik Sepeda Onthel' Gagal Jadi Hakim Konstitusi, MA: Ini Hasil Rapim

 
Jakarta - Mahkamah Agung (MA) mensyaratkan calon hakim konstitusi dari pihaknya harus bergelar doktor. Alhasil, hakim Muslich Bambang Luqmono (MBL) yang dikenal berintegritas, sederhana dan berani melawan Orde Baru itu gagal menjadi hakim konstitusi.

"Hal itu telah diputuskan di Rapat Pimpinan (Rapim) Mahkamah Agung," kata Kepala Biro Hukum dan Humas MA, Ridwan Mansyur kepada detikcom, Minggu (12/10/2014).

Rekam jejak penuh liku dan getir MBL bertahun-tahun menjadi hakim itu membuat Komisi Yudisial (KY) kepincut. KY pun menyodorkan MBL ke DPR untuk disetujui menjadi hakim agung. Sayang, DPR tidak berselera dengan kesederhanaan MBL menjadi hakim agung dan mengkandaskannya pada pertengahan September lalu.

Setelah gagal menjadi hakim agung, hakim yang juga dikenal karena kasus Nenek Minah itu lalu mendaftar hakim konstitusi. Namun kini MBL mengubur harapannya karena belum bergelar doktor.

"Untuk syarat yang dibuat oleh panita, doktor dengan bidang ilmu Hukum karena sekarang banyak hakim tinggi yang sudah doktor. Syarat hakim agung dari nonkarier sudah doktor," ujar hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi Jakarta yang juga menyandang gelar doktor itu.

Aturan doktor ini cukup mengejutkan. Sebab beberapa hakim konstitusi juga belum menyandang gelar doktor saat menjadi hakim konstitusi dan baru meraih doktor setelah duduk di kursi Mahkamah Konstitusi (MK). Seperti hakim konstitusi Achmad Fadhil, Ketua MK Hamdan Zoelva dan mantan Ketua MK Akil Mochtar. Achmad Fadhil sendiri adalah hakim konstitusi dari unsur MA.

"Kita ingin hakim konstitusi yang dari MA berkualitas dan mumpuni. Dari background pendidikan dan pengalaman mengadili," ucap Ridwa